bandara kuala pembuang: Bandar udara

Rabu, 12 Oktober 2011

Bandar udara

Pelabuhan udara, bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat"

Awal mula

Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.
Di masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang.
Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi.

Fasilitas bandar udara

Fasilitas bandar udara yang terpenting adalah:

Sisi Udara (Air Side)

landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 15 meter, misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 20 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan terminal, sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari pesawat
Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller, berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka diseduiakan unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulance, dll. peralatan penolong dan pemadam kebakaran
Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.

Sisi Darat (Land Side)

Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Carantine - Inmigration - Custom) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau air bridge. Di bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga yang bisa dipindah-pindah.
Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal
Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi

Penamaan dan kode

Setiap bandar udara memiliki kode IATA dan ICAO yang berbeda satu sama lain. Kode bisa diambil dari berbagai hal seperti nama bandar udara, daerah tempat bandar udara terletak, atau nama kota yang dilayani. Kode yang diambil dari nama bandar udara mungkin akan berbeda dengan namanya yang sekarang karena sebelumnya bandar udara tersebut memiliki nama yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

SEJARAH SINGKAT BANDAR UDARA KUALA PEMBUANG

Dengan kondisi alam Indonesia yang berupa kepulauan ini tentunya kita tahu bahwa secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pergerakan / system transportasi merupakan hal yang utama dan mengakibatkan suatu konsekuensi keprihatinan pada sector perhubungan khususnya pada subsector perhubungan udara. Pembangunan Bandar Udara Kuala Pembuang merupakan salah satu kebijakan yang sangat penting, terutama dalam menunjang kelancaran arus transportasi udara. Wilayah Kabupaten Seruyan yang merupakan satu dari tiga belas (13) Kabupaten dan satu kota di Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan yang terdiri dari 5 Kecamatan, 91 Desa dengan pertumbuhan rata-rata 5,59 oA serta luas wilayah + 16.404 Km2. Kelapa sawit merupakan asset perkebunan utama Kabupaten Seruyan selain sector kehutanan (luas areal hutan * I.020.440 Ha), sedangkan luas lahan perkebunan kelapa sawit + 748.483 Ha yang dipunyai oleh 48 Perusahaan perkebunan milik swasta telah berkembang di Kabupaten Seruyan.

Pada saat Kuala Pembuang masih berfungsi sebagai Kota Pembantu Administrasi dari Pemerintah Daerah Kota Waringin Timur yaitu sekitar tahun 1986 sudah dirintis pembuatan Bandar Udara Kuala Pembuang dengan Air Strip Landas Pacu 900 m X 80 m ( dimensi konstruksi aspal penetrasi 850 m X 23 m ) dengan kategori non precision approach serta beberapa fasilitas lain seperti peralatan Radio SSB, Kantor, terminal dan fasilitas penunjang lainnya. Kemudian pada tahun 1990 Bandar Udara Kuala Pembuang sudah bisa difungsikan dengan adanya penerbangan perdana saat itu oleh Maskapai Dirgantara Air Service yaitu dengan pesawat jenis BN yang berkapasitas 9 penumpang dan juga jenis CASS A 212 yang berkapasitas 23 penumpang untuk rute Sampit - Kuala Pembuang PP. Bandar Udara Perintis Kuala Pembuang saat itu adalah Satuan Kerja (Satker) dari Pemerintah Daerah Kota Waringin Timur yang bertugas sebagai Kepala Bandara adalah Saudara Syahril. Kondisi akses jalan darat Sampit - Kuala Pembuang saat itu masih sebatas dari Sampit - Ujung Pandaran saja ( muara Sungai Mentaya wilayah Kecamatan Teluk Sampit ). Sehingga Masyarakat Kuala Pembuang benar-benar memanfaatkan sarana transportasi udarayang ada, dengan jadwal penerbangan setiap hari serta tarif tiket antara Rp.40.000,- sampai Rp.100.000,- menjadi rebutan. Karena pemeliharaan Bandar udara perintis cukup besar dan harus diupayakan persyaratan teknis lainnya seperti fasilitas peralatan pendukung keselamatan operasi penerbangan maka pada tahun 1996 oleh Pemerintah Daerah Kota Waringin Timur diserahkan kepada Departemen Perhubungan Udara Jakarta sehingga Bandar Udara Kuala Pembuang menjadi Unit Pelaksana Teknik (IIPT) dari Direktorat Perhubungan Udara Jakarta. Dimana selaku Kepala Bandar Udara saat itu adalah Saudara Bambang Sugiono.

Yang kemudian dilanjutkan oleh Saudara Kamit. Pada saat itu penerbangan di Bandar Udara Kuala Pembuang pada tahun 1997 - 2001 sempat terhenti karena ada bencana kebakaran hutan diberbagai wilayah Kalteng yang mengakibatkan asap dan mengganggu penerbangan seperti di Bandar Udara H.ASAN Sampit, Palangka Raya dan bandara lain di wilayah Kalteng. Sehingga Masyarakat Kuala Pembuang hanya bisa memanfaatkan sarana transportasi darat, laut dan sungai.

Pada tahun 2002 penerbangan di Bandar Udara Kuala Pembuang kembali normal, yang diterbangi oleh pesawat CASSA 212 milik maskapai Dirgantara Air Service dan selaku Kapala Bandar Udara Kuala Pembuang adalah Saudara Sarwanto sampai tahun 2005 yang kemudian digantikan oleh Saudara M.Fadil pada tahun 2006. Pada saat inilah mulai dirintis untuk mengembangkan Bandar Udara Kuala Pembuang yang didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Seruyan yang mana saat itu sudah menjadi daerah pemekaran Kabupaten sejak tahun 2003 yang telah menyumbangkan salah satunya adalah penyusunan Rencana Induk / Masterplan Bandar Udara Kuala Pembuang, hal ini sangat berarti karena penyusunan Masterplan ini adalah untuk mengkaji dan menyusun Rencana Induk dalam kaitannya dengan seberapa jauh dapat menampung kebutuhan jasa transportasi udar4 guna mendukung serta mengantisipasi pengembangan social ekonomi Kabupaten Seruyan. Pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknnik Bandar Udara ini juga dimaksudkan untuk mempersiapkan tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi selama kurun waktu 20 tahun kedepan sesuai dengan misi pembangunan Kabupaten Seruyan.

Bandar Udara Kuala Pembuang mempunyai peranan sebagai Bandara Umum dan berstatus Bandara Domestik yang bukan merupakan pusat penyebaran dan penyelenggaraannya bisa berfungsi sebagai Bandara alternative apabila terjadi musim asap dari kebakaran hutan dimusim kemarau karena letaknya dekat laut Jawa.

Oleh karena itu dalam pengembangannya, Bandara Kuala Pembuang sangat memerlukan dukungan baik dari Daerah maupun Pusat guna menunjang kelayakan dari Operasional dan Keselamatan Penerbangan. Sedangkan pekerjaan fisik yang bersumber dana APBN Pusat Tahun Anggaran 2007 antara lain pelapisan aspal kolakan tebal 5 cm beserta marking yang mencapai kekuatan PCN 13 F/CN n (46.800 Lbs).

Kemudian pekerjaan fisik Tahun Anggaran 2008 antara lain perpanjangan landas pacu dari Runway 10 dengan dimensi aspal hotmix manual 350 m x 30 m yang mempunyai kekuatan PCN 18 F/CNT (61.0000 Lbs), sehingga panjang landas pacu menjadi 1200 m serta fasilitas lain seperti pembuatan jalan PKP-PK dengan aspal penetrasi yang berfungsi untuk memudahkan evakuasi darurat bila terjadi kecelakaan dan kebakaran pesawat. Sedangkan yang bersumber dana dari APBD Pemda Seruyan antara lain Normalisasi dan pemantapan Shoulder (bahu landasan), Drainase terbuka di sisi Selatan Runway perpanjangan serta perluasan dan rehabilitasi terminal Bandara Kuala Pembuang.

Untuk Tahun Anggaran 2009 pekerjaan fisik denga sumber dana APBN Pusat yaitu antara lain Pelebaran landas pacu eksisting lama sisi kanan dan kiri total lebar 7 mx 850 m dengan aspal Goreng manual (kolakan) sehingga luas landas pacu seluruhnya menjadi 30 m x 1200 m. Dengan kondisi luas seperti ini tentunya sudah bisa didarati oleh pesawat ATR - 42 dan sejenisnya tetapi masih ada beberapa hal yang harus dipenuhi dari segi kelayakan kawasan keamanan dan keselamatan operasi penerbangan secara keseluruhan sesuai standar nasional maupun internasional.

Dimana hal - hal tersebut merupakan kajian dari hasil laporan pemeriksaan kelayakan teknis operasional Bandara Kuala Pembuang yang dilakukan oleh Tim Direktorat Bandar Udara bersama pihak PT. Trigana Air Service yang juga telah melakukan penerbangan perdana dengan mulus bersama pesawat ATR-42 di Bandar Udara Kuala Pembuang pada bulan Januari s.d April 2009 serta hasil verifikasi fasilitas sisi udara dan sisi darat oleh Tim Direktorat Jenderal Perhubungan Udara bersama Tim Bandara Kuala Pembuang padatanggal 18 Desember 2009 dimana hasil verifikasi tersebut antaralain:

A. SISI UDARA

1. Ujung Runway 28 terdapat Obstacle pohon kelapa 3,5

2. Runway 10 belum ada Turning Area

3. Belum ada Stopway dan RESA pada kedua ujung Runway, di ujung Runway 28 masih tersedia lahan Bandar Udara sepanjang 300 m dan pada ujung Runway l0 tersedia lahan sepanjang 1.000 m

4. Panjang Taxiway 62,5 m sedangkan panjang minimal yang harus dipenuhi adalah 75m

B. SISI DARAT

1. Belum dibuat Graphic Sign pada Gedung Terminal

2. Belum tersedia fasilitas penyandang Cacat

3. Pada halaman parkir belum ada rambu dan kansten pembatas

4. Jalan masuk ke Bandar Udara yang dibuat Pemda kondisinya sudah rusak, terdapat

banyak lubang dan genangan air pada saat hujan, tidak ada saluran pada kanan kiri jalan tersebut

5. Belum tersedia tempat Ibadah

SARAN

Pengelola Bandar Udara agar menindak lanjuti hal-hal sebagai berikut :

1. Pemotongan pohon kelapa di ujung Runway 2Syangmasih Obstacle

2. Pembuatan Turning Area pada Runway 10

3. Pembuatan Stopway dan RESA

4. Perpanjangan Taxiway minimal menjadi 75 m

5. Melengkapi Graphic Sign pada gedung Terminal

6. Menyediakan fasilitas penyandang Cacat

7. Memperbaiki jalan masuk ke Bandara

8. Membuat rambu dan kansten pada halaman parkir kendaraan umum

9. Menyediakan tempat Ibadah

Dari hasil kajian verifikasi dan studi Rencana Induk Pengembangan Bandara ini tentunya perlu adanya upaya baik Pemerintah Pusat Maupun Pemerintah Daerah yang berkesinambungan sehingga cepat tercapai.

Kemudian pada tahun 2010 selaku Kepala Bandar Udara Kuala Pembuang adalah Saudara Aripen Sihotang, SE. Dimana pada tahun 2010 sekarang ini ada beberapa upaya untuk mempersiapkan program pengadaan peralatan dan pengembangan pembangunan fasilitas di Bandar Udara Kuala Pembuang yaifii antan lain mengadakan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Seruyan dalam penyediaan lahan konstruksi perluasan taxiway, apron, terminal dan tower yang telah menjadi usulan Rencana Kerja dan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2011. Disamping itu juga koordinasi dengan PLN Ranting Kuala Pembuang untuk memperoleh data dukung pengusulan guna menambah daya listrik dari 1,5 KVA menjadi 50 KVA dengan pemasangan trafo 100 KVA termasuk panel incoming yang mana sampai saat ini masih menunggu surat balasan dari PLN Cabang Palangka Raya serta mengusulkan pengadaan kendaraan pemadam Type III 1 (satu) Unit melalui dana APBN Pusat.

Atas dukungan penuh dari Pemda Kabupaten Seruyan sehingga terealisasi adanya Maskapai Penerbangan dengan Trigana Air yang menggunakan pesawat ATR-42. Pada bulan Januari 2009 bisa beroperasi di Bandar Udara Kuala Pembuang dengan frekuensi penerbangan 2 kali dalam 1 minggu dengan rute Pangkalan Bun -Kuala Pembuang - Banjarmasin serta Pontianak (PP). Sampai saat ini pesawat yang beroperasi di Bandar Udara Kuala Pembuang adalah dari AVIASTAR Servis dengan pesawat Twinoffer DNC-6/300 Rute Kuala Pembuang - Palangka Raya (PP) dengan rata-rata penumpang + 8 - 15 orang.

Kemudian pada bulan maret 2011 Saudara Aripen Sihotang, SE meninggal dunia sehingga untuk melanjutkan kegiatan operasional Bandar Udara Kuala Pembuang ditunjuk sebagai PLT adalah Saudara Amat Mukhari, SE, yang kemudian dilanjutkan oleh Saudara Hery Azhari Batubara,ST, MT sebagai Kepala Bandar Udara Kuala Pembuang mulai Tanggal 27 Juli sampai sekarang.