Jumat, 14 Oktober 2011

N250 DAN KEBANGGAAN BANGSA

oleh : Hendarmin Djarab, SH., MBA 


Bangsa Indonesia adalah bangsa besar, yang mendiami kepulauan Nusantara yang ribuan jumlahnya. Nenek moyang kita merupakan pelaut-pelaut ulung yang biasa mengarungi samudera luas. Karena itu, sejak dahulu, kita dikenal sebagai bangsa Bahari,yaitu bangsa yang menggunakan laut sebagai wahana transportasi dan kehidupan .

          Luas wilayah Indonesia yang membentang dari barat ke timur sama dengan jarak Los Angeles ke New York. Jarak yang demikian jauh, secara mutlak menyebabkan pesawat terbang menjadi sarana angkutan yang sangat penting dan kebutuhan utama bagi Indonesia. Itulah sebabnya Indonesia menjadi pasar pesawat terbang yang potensial dan paling menarik bagi negara-negara eksportir pesawat.

          Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17000 an pulau , adanya industri wahana transportasi laut dan udara, merupakan kebutuhan . Kebutuhan Indonesia akan kapal laut dan pesawat terbang , akan bersifat seumur-umur,selama geografi Indonesia masih seperti sekarang ini.. Kebutuhan itu diperkuat oleh suatu kenyataan bahwa pesawat atau kapal hanya berumur sekitar 25 tahun dan setelah itu ia harus diganti dengan yang baru. Jadi manakala satu paket pesanan selesai dibuat, produksi pertama perlu diganti, melahirkan kebutuhan pengadaan yang tanpa henti.

          Keadaan geografi dan sifat kebutuhan seperti itu jelas menjadi pasar yang siap atau captive market bagi industri transportasi, khususnya laut dan udara. Sekedar mencukupi semua kebutuhan dengan membeli , merupakan hal mudah, tetapi tidak akan melahirkan nilai tambah apa-apa bagi bangsa, tidak menambah penguasaan iptek, tidak berupaya menghemat devisa, dan memelihara sifat ketergantungan pada pemasok asing.

          Dengan meningkatnya transaksi perdagangan antar pulau / antar benua, transportasi melalui laut dikalahkan oleh transportasi udara. Jarak tempuh yang ribuan mil, dalam sekejap dapat dicapai oleh pesawat udara. Berbeda dengan kapal laut yang kecepatannya jauh di bawah pesawat udara. Fakta lain yang patut kita ketahui bahwa angkasa adalah wilayah transportasi tercepat, teraman dan termurah di dunia yang mempunyai masa depan yang gemilang, sebelum manusia meneruskan usaha mereka menjangkau planet-planet yang ada di galaxi.

          Ketika dunia makin menjadi satu, maka penguasaan angkasa menjadi tempat yang strategis untuk mempertahankan independensi wilayah nasional kita. Sebagai negara kepulauan, Indonesia tidak hanya diharapkan kuat di bidang kelautan, tetapi juga di bidang Kedirgantaraan. Lebih-lebih dengan perkembangan teknologi sejak beberapa tahun terakhir ini, semakin terbukti bahwa angkasa adalah wilayah transportasi tercepat, teraman dan termurah di dunia.

          Indonesia sebagai negara kepulauan, akan lebih meningkat pertumbuhan ekonominya bila ditunjang oleh kelancaran sarana transportasi udara . Juga dari segi Pertahanan Keamanan, TNI Angkatan Udara perlu memiliki pesawat-pesawat Terbang yang dapat mengamankan wilayah udara kita. Guna memenuhi kebutuhan tsb, Pemerintah meresmikan berdirinya PT Nurtanio ( sekarang PT Dirgantara Indonesia, disingkat PTDI ) pada tgl 23 Agustus 1976 di Bandung.

          Berdirinya PT Nurtanio, menunjukkan tekad dan komitmen Pemerintah untuk terwujudnya kemandirian bangsa di bidang Teknologi Kedirgantaraan. Tanggal 23 Agustus 2001 PTDI berusia 25 tahun. Usia yang cukup dewasa untuk ukuran manusia. PT DI memang seharusnya telah dewasa. Kalau kemampuan alih teknologi menjadi ukuran kedewasaan tsb, PT DI sudah boleh dikatakan dewasa karena ia telah mampu mengalihkan dan menguasai teknologi pesawat terbang yang modern.

          Dalam rangka proses alih teknologi tsb, telah banyak waktu, tenaga, fikiran dan anggaran yang dihabiskan . Demi kemajuan bangsa di bidang Teknologi, bangsa Indonesia c/q karyawan PTDI telah berbuat banyak untuk itu. Perjuangan itu mungkin belum maksimal. Memang perjuangan tsb belum maksimal dan tidak akan pernah berakhir selama manusia selalu berinovasi dan mencari terobosan-terobosan baru di segala bidang kehidupan.

          Sampai saat ini PTDI masih tetap berjuang untuk mempertahankan keberadaannya di dunia Industri pesawat terbang. Perjuangan tsb terasa lebih berat sejak ditanda-tanganinya LoI (Letter of Intents ) antara Pemerintah Indonesia dan IMF. Salah satu ketentuan LoI adalah larangan bagi Pemerintah RI untuk mengucurkan dana sepeserpun kepada PTDI. Sejak itu PTDI berusaha untuk mandiri, tanpa mengharapkan subsidi (dari Pemerintah).

          PTDI terus berjuang untuk maju, minimal tetap bertahan . Tiada istilah mundur bagi PTDI, kecuali Pemerintah tidak membutuhkan lagi keberadaannya. Sejak berdiri tahun 1976, PTDI telah mencatat beberapa prestasi. Prestasi itu antara lain keberhasilan membuat dan menjual pesawat C-212, BO-105, Super Puma, Bell-412 dan pesawat Turboprop CN-235 .

          Selanjutnya PTDI berhasil membuat sendiri pesawat Turboprop N-250 yang dikendalikan sistem 'fly-by wire'. Di jajaran pesawat komersial, N-250 adalah pesawat ke tiga di dunia yang menerapkan teknologi Fly by Wire setelah Airbus A320 dan Boeing 777. Dalam industri penerbangan, teknologi fly by wire baru dikembangkan pada tahun 1990-an. Teknologi ini dinilai mampu memberikan jaminan keamanan penerbangan yang lebih baik. Dengan fly by wire, komputer bisa sewaktu-waktu mengambil alih kemudi pesawat jika tiba-tiba pilot lengah. Sistem ini juga sekaligus melakukan berbagai koreksi terhadap 'kesalahan manusiawi' (human error) yang dilakukan pilot.

          Selain itu, pesawat N-250 merupakan pesawat pertama tercanggih yang menggunakan propeller. Ia memiliki kecepatan jelajah tinggi, mencapai 330 knot, dan juga mempunyai keunggulan pada aero-dynamic nya. Dalam pelaksanaan proyek pembuatan pesawat N250, sesungguhnya bukan hanya terkandung soal analisa dan strategi saja, melainkan juga optimisme, heroisme dan idealisme bangsa Indonesia untuk mewujudkan impiannya memiliki pesawat terbang buatan sendiri. Kalau boleh dikatakan, Proyek N-250 merupakan bagian dari perjuangan kita untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu mandiri di bidang kedirgantaraan.

          Dengan terlaksananya proyek N-250 berarti Indonesia telah mengukuhkan diri sebagai salah satu di antara sedikit negara di dunia yang mampu merancang-bangun sendiri pesawat terbang. PTDI telah berhasil membuktikan keandalan serta kemampuan membuat pesawat hasil rancang bangunnya sendiri.

N-250 dan Nilai-Nilai
          Proyek N-250 memang mengemban misi yang sarat dengan aspirasi nasional. N-250 bukan hanya merupakan wahana bagi aktualisasi kemampuan bangsa Indonesia dalam penguasaan dan pengembangan teknologi tinggi, serta sebagai lembaga ekonomi/bisnis belaka, melainkan juga prestise politik untuk diperhitungkan oleh negara manapun di dunia.

          Untuk menyongsong masa depan yang gemilang, generasi muda Indonesia perlu memperdalam, memperluas, memperkaya dan menyegarkan visi dan cita-cita mereka. Karena masa depan penuh dengan tantangan ,permasalahan dan persaingan. Mereka perlu menyuarakan cita-cita bangsa, merumuskan fikiran dan mengembangkan pandangan untuk menghadapi tantangan zaman.

          Bagi generasi muda Indonesia, proses pembangunan pesawat N-250 memberi makna penting dalam rangka alih teknologi dan pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia. Pesawat N-250 tidak mungkin terwujud tanpa ketekunan, disiplin, kerja keras , kesadaran dan rasa tanggung jawab yang tinggi dari semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, ada nilai-nilai positif yang terkandung dalam proyek N-250.

          Pesawat N-250 adalah representasi (wujud yang mewakili) himpunan nilai-nilai yang sifatnya sangat mendasar demi tegaknya peradaban sebuah bangsa dan negara ( Limas Sutanto,N-250 " Gatotkoco " menghimpun Nilai-nilai", Pikiran Rakyat, 21 Agustus 1995). N-250 menyimpan sekian nilai (ranah) yang patut dibanggakan, antara lain: teknologi tinggi, penguasaan iptek, kerja keras, semangat mengabdi (dedikasi), disiplin tinggi, pengorbanan tanpa pamrih, tata-kerja yang terarah jelas pada tujuan yang diyakini benar ; keahlian (profesionalisme), ketaatan (komitmen) kepada kewajiban / tugas ; daya juang yang tinggi ; ketegaran dan ketabahan di tengah suka-duka ; aktualisasi diri ; harga diri ; kepakaran ; percaya diri ; pengharapan ; cinta ( kepada tanah air, bangsa, negara) ; kerja-sama ; saling mengerti dalam rangkuman kerjasama ; kesabaran-ketekunan-keuletan ; last but not least adalah iman dan taqwa kepada Tuhan YME.

          Spektrum nilai yang terkandung dalam tubuh N-250 sebagaimana terinci di atas, jauh lebih kaya dan tidak semata terpaku pada aspek teknologi. Dalam perspektif demikian, "harga" yang patut diberikan untuk pesawat terbang itu justru semakin tinggi, bahkan sampai tak ternilai. Keterwujudan pesawat N-250 adalah sebuah bukti ketaatan yang masuk akal (komitmen) putra-putri Indonesia kepada tata-nilai mendasar demi kejayaan bangsa dan negara. Inilah pelajaran hakiki yang tergelar secara nasional.

          Namun sayang, nilai-nilai itu tidak secara lengkap mendapatkan penonjolan (promosi)yang memadai di seputar gempita penerbangan perdana itu. Karena nilai-nilai itu, yang notabene nilai di luar iptek, sebenarnya sungguh sangat mendasar. Namun justru di saat ini, terasa betapa di tengah masyarakat luas, nilai-nilai itu, semisal dedikasi, disiplin dan daya juang tinggi dalam bingkai kesabaran-keuletan-ketekunan- di sana-sini terkikis oleh adat impulsif (suka pemuasan secara harus dan segera) adat kepraktisan tanpa mau bersusah-payah secara wajar dan kecenderungan menempuh jalan pintas yang "instantly" mendambakan kesuksesan.

          Kesadaran kita tentang keberadaan spektrum nilai yang maha kaya, majemuk dan banyak-matra (multidimensional) di tubuh N-250, mendorong jelajah pikir menuju wawasan yang lebih luas tentang eksistensi serta kesuksesan penerapan iptek.

          Iptek tak mungkin berdiri sendiri. Apalagi kalau yang dibicarakan adalah kesuksesan penerapannya, maka iptek harus dirangkum hangat oleh dukungan laras-serasi (harmonis) himpunan nilai-nilai mendasar sebagaimana tersebut d atas. Hikmahnya, memelihara dan menumbuh-kembangkan nilai-nilai demi kesuksesan penguasaan dan penerapan iptek, adalah sangat mendasar demi kejayaan peradaban dalam rangkuman negara-bangsa.

          Nilai-nilai yang mendasar itu secara objektif dan proporsional perlu disosialisasikan kepada generasi muda penerus bangsa. Dengan merenungkan dan mencamkan nilai-nilai itu, generasi muda diharapkan termotivasi untuk lebih serius dan lebih bersemangat dalam menuntut ilmu & belajar secara formal / informal , untuk membangun bangsa sehingga kita layak tampil sebagai bangsa yang kuat ; kuat di bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan teknologi.

Kebanggaan Bangsa
          Pesawat N-250 lahir setelah berpuluh tahun didambakan oleh bangsa Indonesia. Ia merupakan suatu konsensus mengenai rangkaian gagasan dan cita-cita nasional kita yang dikristalisasikan sebagai suatu "kebanggaan nasional".

          Mungkin tidak berlebihan bila proses pembangunan pesawat N-250 diibaratkan sebagai perjalanan intelektual yang mengingatkan kita pada proses pembangunan candi Borobudur. Borobudur bukan hanya kebanggaan rakyat Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia.

          Kebanggaan suatu negara ternyata sangat mahal. Ia sering tak bisa dibeli dengan kemampuan berdiplomasi semata. Suatu bangsa akan dihormati dan disegani jika ia memiliki sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

          Jika sudah masuk ke persoalan tersebut, menjadi salah bila suatu bangsa semata-mata menggunakan rumusan matematik dan hukum ekonomi guna menghitung untung rugi. Ketika Habibie gencar memperkenalkan kebijakannya untuk merebut dan menguasai teknologi tinggi, banyak ahli ekonomi dan politik tampil ke depan membawa rumus kontra yang ruwet. Setelah mereka menghitung-hitung sangat lama, maka kesimpulan akhir, kebijakan Habibie adalah salah.( T.Taufiqulhadi,wartawan Media Indonesia, 12 Agustus 1995)

          Sebenarnya, mereka tidak perlu mengeluarkan berbagai rumus muskil-muskil. Dengan rumus matematika SD yang sederhana saja, terpampang jelas bahwa " proyek habibie tidak menguntungkan secara ekonomis". Tapi , apakah membangun bangsa yang kuat hanya butuh waktu dua hari atau tiga pekan ke depan ? Sebuah Jepang yang sangat sejahtera kini, adalah hasil proyeksi pemikiran yang jauh ke depan para pemimpin negara itu pada tahun 1930-an. Mereka yakin, marwah suatu bangsa harus direbut dengan keyakinan dan pengorbanan, bukan dengan pertengkaran atau debat kusir. Mereka mengatakan"Teknologi tinggi belum saatnya, atau, sudah terlambat !" Lantas jika demikian, kapan saatnya atau kapan tidak terlambat ?"

          Seorang wartawan yang baru datang dari Los Angeles, bercerita. Ketika ia berada di sana, beberapa rekan Muslim Amerika mendekatinya dan menyatakan hormatnya dengan proyek N-250 itu." Biarkan saya berbangga karena Indonesia adalah negara Muslim." Katanya tulus.

          Dari Muslim AS ini, kita tahu Muslim tidak hanya ada di Indonesia dan Amerika, tapi ada di Malaysia, Pakistan dan di belahan bumi lain di Afrika dan Asia Tengah.

          Keberhasilan Abdus Salam dari Pakistan meraih hadiah Nobel dalam bidang Fisika, adalah kebanggaan umat Islam di seluruh dunia. Kejeniusan Habibie dalam bidang kedirgantaraan, menjadi berita utama di sebuah koran di Bangladesh awal 1980-an , dan koran itu dipegang oleh seorang anak SD yang menunjukkan pada ibunya tentang tulisan "Sarjana Muslim membuat pesawat".

          Bagi kita , kebanggaan terhadap pesawat buatan sendiri N-250 tidak perlu dipaksakan. Biarlah kebangganan itu tumbuh secara alamiah. Mungkin waktulah yang akan menjawab, apakah N-250 layak dibanggakan atau tidak.


***

Biodata
Hendarmin Djarab

Lahir di Jambi, 26 September 1956. Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Corporate Lawyer PT. Dirgantara Indonesia, Pengurus The Bandung Lawyers, Legal Consultant law Office DMW. Editor buku Pemikiran Hukum Memasuki Abad XXI, Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar